Sabtu, 20 Februari 2016

- PILIHAN -

Pilihan adalah keputusan yang sudah aku ambil dan mau tidak mau aku harus konsisten. Dan tentunya, saat aku membuat satu pilihan.. Pilihan itu sangat berkaitan dengan cita citaku. Iya, cita cita yang rasanya sangat terlambat untuk diwujudkan, melewati banyak proses, mengalami banyak luka, dan membuat banyak orang tercengang.Anehnya, pilihan ini terwujud saat aku sudah benar benar sangat terluka dan lelah dengan semua yang pernah aku genggam. Iya, sangat teramat lelah. Dari lelah itu, aku memutar semua berbanding terbalik dari kehidupan normalku.
Normalnya, bukan lagi usia untuk menuntut ilmu, bukan lagi usia untuk belajar, dan mengulang semua yang pernah aku dapat pada saat aku duduk di bangku SMA. Rasanya, seperti perempuan yang sangat bodoh dan penuh dengan rasa minder yang berlebihan. Ditambah lagi dengan rasa takut yang berkecamuk membentuk rasa pesimis yang begitu kuat dan tak gampang lebur. Yang ada di otak hanya.. APA BISA??... MALU HARUS MONDOK LAGI... TAKUT BANGET NGGAK DITERIMA SAMA ORANG SEKITAR... GIMANA SAMA LATAR BELAKANGKU YANG JAUH BERBEDA DENGAN MEREKA? dan lain lain. Jutaan pertanyaan pesimis hinggap dan menari nari dalam otak dan hati. Sulit bukan main!
Lambat laun, dari semua rasa pesimis itu justru menumbuhkan satu niat. Iya, niat karena DIA. Dia yang maha mengerti gelisahku, ALLAH.
Iya, ketika kita mempunyai satu tujuan dan tujuan itu kita niatkan untukNYA.. Maka yang mampu menghentikan tujuan kita adalah ALLAH dan kendala yang ada dinikmati sebagai perjuangan. Namun, ketika tujuan kita didasarkan pada niat yang remeh.. Maka kendala yang ada akan menghancurkan tujuan kita.
Kembali lagi, banyak hal yang membuatku putus asa. Bahkan, sangat banyak! Ketika aku harus menghadapi orang orang yang masih saja mengorek masa laluku, melihatku dengan sebelah mata, tidak memberikan aku kesempatan, menganggap bahwa seseorang dengan background buruk selamanya akan tetap buruk, padahal itu adalah statement yang BODOH. Ketika aku menghadapi kondisi seperti itu, aku hanya mengambil sikap apatis. Apatis itu dibutuhkan ketika kita menghadapi satu statement yang tidak berdasar, dan hanya merongrong kesemangatan kita. Untuk apa mengambil hal yang tidak ada manfaatnya? Dan dalam menjalani hidup, omongan orang yang mungkin menjatuhkan kita, tetapi sifatnya membangun karakter kita untuk lebih baik.. Maka dengarkan omogan itu! Itulah cara yang tepat untuk selalu menjadi individu yang lebih baik.
Menghabiskan waktu yang cukup lama di dalam pondok, membuatku belaajr menjadi sosok yang lebih realistis dan sederhana. Kenapa realistis? Karena sejatinya hidup itu hanya untuk nanti bagaimana kita akan dikenang, dan yang paling utama adalah terkenang baik di hadapan ALLAH. Dan kenapa sederhana? Karena aku terbiasa hidup dengan trend dan popularitas, dan aku paham betul bahwa seorang mubalighot mungkin tidak membutuhkan itu dalam proses mencari ilmu dan menyampaikan ilmunya.
Iya, pilihan untuk menjadi seorang mubalighot adalah pilihan yang sangat besar dan aku paham bahwa inilah cita citaku yang sebenarnya. Mubalighot adalah penyampai wanita, yang tangguh, yang mampu bertahan dengan kondisi apapun, mampu menjadi teladan bagi semua karakter orang di sekitarnya, dan tentunya berdedikasi penuh. Dan yang jelas, menjadi mubalighot adalah satu satunya hal yang mampu membalas jasa orang tua selama ini. Banyak jariyah yang akan mengalir untuk orangtuaku.
Seorang mubalighot akan tetap pada tugasnya, menyampaikan apa yang telah ia terima. Dan dalam hidup ini ada tiga hal yang selalu aku pegang, niat karena Allah, patuh, dan berusaha menjadi sosok yang berdedikasi serta bermanfaat untuk orang orang di sekitarku.


Saat ini perjuanganku baru dimulai. Tantangan selanjutnya adalah berusaha untuk benar benar menempatkan diri dan berusaha mewujudkan apa yang sudah jadi agendaku. Semoga Allah paring barokah! Dan sedikit tulisan ini semoga bisa memberikan motivasi yang banyak untuk pembacanya. Amin.



BERSAMBUNG..