Minggu, 21 Juli 2013

U N T I T L E D [!]

Luka masih kamu.
Janji juga adalah kamu.
Dan aku?
Hanya menantikan.
Tapi sudah ku tegaskan, aku tak berharap.
Pernah berharap, namun pupus.
Hilang raga, mati rasa.
Begitu indahnya, sampai menggores.
Begitu rapuhnya, sampai tak kurasakan.
Ku abaikan pedih.
Ku tuntun naluri.
Untuk sekedar, mendapatkan sedikit rasa sabar.
Tak bisa memang seutuhnya lepas ~
Tetapi aku juga bukan budak rindu.
Aku bukan budak harapan.
Pergi sesukamu, bukan titik berhentinya cita asaku.
Datang sesukamu, juga tak segampang benakmu.
Putuskan. Dan akan kunantikan.
Maumu. Inginmu. Niatmu. Ilhammu. Dan segalamu ~
Masa depan dirajut, 
harapan adalah perubahan bukan bualan.
Dan begitupun dengan luka, tepiskan.
Jika tidak sanggup, aku juga tak akan menangis memohon.
Jika tidak sanggup, aku juga tak akan menggenggam tanganmu.
Aku pada angkuhku.
Membiarkanmu berlalu jika memang berubah hanya bual ~
Aku pada angkuhku.
Membiarkanmu bahagia atas pelangimu.
Aku pernah benar benar berada dalam pengaruhmu.
Aku juga pernah sangat merindumu.
Tetapi, rindu dan segala rasanya dilumpuhkan luka.
Ya, terlalu banyak luka.
Terlalu banyak bualan.
Terlalu banyak kebohongan.
Entah kapan Tuhan menunjukkan ujung kebohonganmu.
Dan sampai di batas raguku, aku masih bertahta pilu.
Aku masih dengan amarahku.
Masih dengan luka darimu.
Masih dengan pedih yang kau ciptakan.
Satu pejam, tak menghujat deritaku.
Bahkan berkali kali pejaman pun, luka masih lukaku.
Kamu hanyalah kisah kemarin, kisah dengan jutaan harapan bertahta palsu.
Tak ada sedikitpun hal, yang teryakini.
Dan aku kembali hanyut dalam keraguan.
Keraguan tak teratasi,
keraguan tak berujung,
dan keraguan yang tak akan pernah menemukan sosok paling aku yakini.
Kini, walaupun sedikit jatuh..
Aku akan kembali menata dan terbang bersama mimpiku.
Lihatlah aku, aku bisa tanpamu.
Aku sudah biasa.
Dan kepergianmu? Bukan hal baru.
Angkuhkan jiwamu, jika itu yang paling baik.
Bencilah aku, jika itu membuatmu bahagia.
Tutup rapat hati dan pikiranmu atas segala kisah kita.
Lupakan mimpi, asa, angan-angan tentang kebersamaan.
Pergilah, karena aku sudah lelah memohon.
Aku sudah lelah menjadi baik di hadapanmu.
Dan biarkan kepergian, air mata, kembali datang dan memisahkan.
Itu bukan hal baru.
Masih terngiang sangat jelas,
kesanggupanmu untuk bersabar.
Masih teringat jelas, ceritamu yang berkata bahwa kamu pemaaf.
Tapi? Rasanya sangat jauh dari kesanggupan dan ceritamu.
Kamu? Angkuh.
Kamu? Bukan pemaaf.
Kamu? Bahkan tidak pernah bersabar.
Kamu? Sibuk menyalahkan aku.
Kamu? Entahlah, terlalu banyak kebencian yang aku siratkan.
Terima kasih, inspirasi terbahagiaku.
Kali ini kamu tunjukkan, aku takkan mungkin memeluk bulan.
Takkan mungkin memetik bintang.
Aku mundur.
Aku menyerah.
Aku sudah lelah.
Lelah menerima, dan sakit.
Aku pergi, karena aku telah memohon kepadamu kemarin.
Aku sudah mengilhamkan segala rasaku kepadamu.
Karena aku hanya tidak ingin,
apa yang sudah terakhiri,
selesai dengan penyesalan.
Hanya itu..
Maaf mungkin aku pernah sangat cerewet.
Maaf mungkin aku pernah sangat manja.
Maaf mungkin aku pernah sangat posesif.
Maaf mungkin aku pernah sangat membuatmu marah.
Maaf mungkin aku pernah sangat melukaimu.
Maaf mungkin aku TIDAK PERNAH SEMPURNA.
Maaf.
Aku salah dengan banyak hal yang aku anggap itu terbaik.
Maaf ~
Take care.

3 komentar: